Punya Makna

Setiap orang pasti punya cerita aneh di kehidupannya masing-masing. Pasti. Di beberapa waktu sebenernya kita menyadari bahwa hal itu tidak mesti terjadi di kehidupan kita. Tapi memang, Tuhan itu selalu punya cara tersendiri agar kisah hidup kita menarik. Tidak flat, juga tidak boring. Satu-dua cerita bahkan memberi hikmah yang tak ternilai harganya.

Mungkin kali ini aku akan menceritakan tiga kisah terlebih dahulu yang akhir-akhir ini terjadi dan memberi makna yang cukup dalam. Kisah pertama. Adalah tentang seorang muslimah, ia lebih tepatnya seorang Ibu yang tampaknya seperti guru ngaji di madrasah-madrasah. Hari itu, aku sengaja diturunkan ayah di depan salah satu univ -let say A, untuk melanjutkan perjalanan menuju kampus menggunakan angkutan umum. Seperti pada umumnya, aku berdiri di pinggir jalan agar mudah memberhentikan kendaraan umum.

Tibalah seorang Ibu disampingku yang hendak menyebrang menuju kampus univ A itu. Iapun menanyakan letak salah satu gedung di univ A yang tentu saja aku tidak tahu karena aku bukan mahasiswa disana. Berawal dari percakapan itulah sang Ibu menceritakan bahwa ia hendak mencari seorang dosen sekaligus pendeta (cmiiw, kalo gasalah itu istilahnya) yang hendak membuat Ibu tersebut keluar dari Islam demi membayar hutang sang Ibu kepada dosen tersebut. Sebenarnya cerita Ibu ini sangat panjang, mulai dari suaminya yang baru saja meninggal, anak-anaknya yang kesusahan, saudara-saudaranya yang jauh di provinsi berbeda, bahkan tetangga-tetangganya yang menggunjing Ibu ini hingga tak ada satupun yang bisa membantu Ibu ini kecuali si dosen tak tau adab tersebut.

Ibu tsb bilang bahwa di malam itu juga ia hendak masuk agama Kristen. Karena kalau tidak, ia akan diancam oleh dosen tsb, bahkan katanya akan dikejar hingga kemanapun sang Ibu pergi. Aku sendiri agak dilematis, karena aku tidak bisa membantu banyak selain mendengarkan cerita sang Ibu hingga Ibu tsb mengeluarkan air mata. Lagipula siapalah aku. Aku hanya bisa mencegah sang Ibu keluar dari Islam yang itupun tidak berarti apa-apa bagi seseorang yang tidak kunjung menemukan solusi lainnya dan mungkin sang Ibu ini masih berpikir sempit mengenai bantuan dari sesama muslim. Jelas saja meskipun kasian tapi aku tidak membenarkan keputusan Ibu tsb menggadaikan imannya sendiri untuk membayar hutangnya.

Kisah kedua. Siang itu sehabis tutorial (kalau di UPI pasti tidak asing lagi dengan istilah ini), aku terlihat lelah dan lesu apalagi dengan menggunakan kemeja dan kerudung putih, juga rok hitam panjang seperti pemuda yang kelelahan mencari kerja. Aku hendak pergi ke sebuah acara. Baru saja aku duduk di pinggir taman di Bandung, datang sosok ibu-ibu ikut duduk juga. Mengajak berbincang, menawarkan buku rohani gratis, hingga lama-lama menjelaskan sejarah Yesus, sejarah kitab Injil, mengaitkan kepada kebahagiaan yang sejatinya aku punya referensi sendiri tentang bahagia sejati di agamaku yang aku yakini. 

Aku sadar betul bahwa Ibu ini sedang berdakwah mengenai agamanya. Tapi entahlah, menurutku ini tidak etis dan jujur saja aku risi dengan tatapan keluarganya di sebelah sana yang terus memerhatikan gerak-gerikku. Iya, mereka sekeluarga sedang menjalankan misi dakwah. Apalagi Ibu ini sama sekali tidak memberi celah untuk aku menjelaskan atau aku hanya berhasil sedikit memberi pertanyaan menjebak. "Ah, cerewet sekali." pikiriku. Percuma mereka menjelaskan hingga aliran Kristen yang mereka anut itu berbeda dengan aliran lainnya, Kristen ya Kristen kan. Bukan Islam wkwk. Jelas-jelas aku membuang doktrin mereka mentah-mentah dan harusnya mereka tau aku baru selesai tutorial yang tentunya belajar materi Ke-Islaman. Aku bukan pemudi yang tengah kosong pikirannya, juga bukan pemudi yang tidak bahagia.

Kisah ketiga. Ini adalah kisah paling random di UPI tapi bermakna. Pagi itu aku baru nginep dari Cimahi, lalu berangkat ke UPI pukul 6 karena masuk pukul 7. Sesampai di UPI, perkuliahan dibatalkan, jadinya asinkronus. Sambil menunggu jam kuliah kedua, aku menunggu di masjid Al-Furqon. Jam 9 ketika hendak menuju kampus, sepatuku entah kemana tiba-tiba hilang. Aku cari kesana kemari. Nihil. Alangkah lucunya sepatu bututku bisa hilang. Setelah mencari security yang konon masuk siang untuk melihat rekaman CCTV, akhirnya aku pergi ke kampus dengan sendal capit pinjaman petugas bersih-bersih di masjid. Jujur malu sih, tapi daripada ga pake alas kaki sama sekali? Lebih malu. 

Sampai di kelas, aku dipinjami sepatu oleh sahabatku Rani, dia baik sekali. Belum selesai kisah menginvestigasi sepatu bututku, aku lanjutkan siang sehabis kuliah mencari info CCTV bersama sahabatku lagi, Orin dan Aca. Alangkah tertawanya mereka ketika tau cerita sepatu bututku yang hilang, dan tentunya mereka ikut kesal dengan pelaku. Tibalah di ruangan CCTV dan kita merekam tingkah pelaku menggunakan sepatuku dengan gerak-gerik mencurigakan. Setelah itu aku kembalikan sendal capit tadi dan berterima kasih banyak-banyak.

Mau apa dia? Watados banget pake sepatu cewek. Padahal dia cowok.

Aneh sekali. Maksudnya kenapa ngga sepatu cowok aja gitu. 

Perjuangan belum selesai. Kamipun share info tersebut ke seantero UPI melalui twitter Upifess, relasi-relasi UPI di berbagai jurusan dan fakultas, status WA, juga entah kenapa Orin tiba-tiba mendorongku untuk bertanya pada dua laki-laki yang sedang berjalan di dekat kampus hanya karena mereka menggunakan celana hitam dan almamater yang pastinya bukan hanya mereka dong yang pakai itu. Bisa jadi hanya kebetulan sama dengan pelaku itu.

Tapi, aa aa tersebut mengakui bahwa ada teman angkatan mereka yang mirip tapi ragu. Takut hanya tuduhan. Mereka dari salah satu jurusan sefakultas denganku. Belum menyerah, aku coba share di grup pengabdian fakultas yang pernah aku ikuti Desember lalu. Akhirnya! Akhirnya ada juga kating jurusan lain yang mengonfirmasi bahwa benar aa yang memakai sepatu bututku adalah aa aa di jurusan yang sefakultas denganku alias temannya aa aa yang tadi kutanyai, mereka mengonfirmasi juga di grup hima jurusan mereka bahwa tadi mereka ditanyai 2 perempuan pencari sepatu. Rupanya semudah itu mencari sepatu bututku huhuu alhamdulillah terharu. Hehee..

Hampir pukul 3 sore, akhirnya kami janjian dengan aa yang mengambil sepatuku ditemani kating di grup tadi. Kating itu memberi rumor negatif bahwa aa itu suka menyendiri orangnya, atau agak aneh. Orin tak sabaran ingin mendengar dan merekam klarifikasi dari aa aa yang memakai sepatuku itu. Tibalah didekat gedung fakultas lain, namun aneh. Aa itu benar-benar sendiri, matanya merah, terlihat tertekan dan amat merasa bersalah. Orin ngefreeze. Aku juga agak speechless karena aa tersebut meminta maaf berkali-kali dan mengklarifikasi semuanya bahwa ia memang terpaksa karena sepatunya hilang dan hari itu adalah hari pertama ia magang dan ia berniat mengembalikannya setelah jam magang selesai.

Saat aku menyarankan untuk pinjam sepatu temannya, ia bilang ia tidak memiliki teman -karena mungkin dijauhi?. Tapi tidak apa akhirnya aku pergi dengan permintaan ia agar aku menghapus informasi video tentang dia dari berbagai media sosial. Hehee aku jadi merasa bersalah. Orin yang tadinya panas, dia malah jadi mau nangis. Gak tega katanya dan menyarankan aku untuk meminjaminya sepatu sampai sore. Tapi ketika kami lihat ke belakang, datanglah aa aa yang tadi siang kutanyai membawa sepatu untuk dipakai si aa yang memakai sepatuku. Aih random sekali hari itu..

Akhirnya sepatu bututku kembali -meski agak jebol. Sebenernya buat apa juga cari sepatu butut itu sampai seantero UPI yang kemungkinan ketemu laginya hanya 0,5% mungkin. Tapi memang aku udah nyaman aja karena sepatu itu menemani aku since 2018 hehee. Aku senang sepatu butut abuku kembali -seketika sepatu jebolku itu terlihat cantik berseri.

Hikmahnya adalah please orang pendiem, penyendiri, punya kebiasaan aneh itu di setiap angkatan pasti ada. Pasti. Cuma jangan sampe kita jauhin hingga ia ga merasa punya teman. Seengganya ia jangan sampai merasa asing di lingkungan kampus yang seharusnya menghargai tiap individu dengan ciri khasnya masing-masing. Begitulah hidup, memang variatif.

Dua kisah sebelumnya silakan ambil hikmah sendiri seperti bahwa kita harus mempertajam ilmu dan iman kita supaya tidak mudah dicekoki paham-paham yang tidak sesuai dengan Agama Islam. 

Demikian mungkin celoteh panjang Azer malam ini hehee terima kasi pembaca setia!

Sincerely, Azrina.


Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Ambisi yang Hilang

Perjalanan Masih Jauh, No Problem at All