Perjalanan Masih Jauh, No Problem at All

Satu tahun lebih di rumah, gak kerasa yah. Bentar lagi udah mau masuk aja. Siap atau enggak? Entahlah. Anyways, aku mau cerita aja tentang hidupku selama pandemi agar nanti bisa kuceritakan pada cucu-cucuku bahwa aku berhasil survive dari virus covid-19 inii xixixii..

Saat KBM berlangsung, yaa tentu aja sibuk nugas. Selama di rumah gak kerasa sibuk juga sih, cukup nyantai dan bisa rebahan lama-lama. Pagi sampai siang sekolah, tidur siang, nugas, kadang jalan-jalan sesekali menghirup udara segar, malamnya lanjut rapat organisasi. Sekolah-nugas-organisasi, sekolah-nugas-organisasi, sekolah-nugas-organisasi. Yaa begitulah.

But, ada hal menarik yang aku rasa cukup bikin selama di rumah jadi lebih berwarna. Bersosialisasi sama anak sekomplek. Mau bagaimana lagi, jarang berinteraksi langsung sama temen itu rasanya aneh. Bayangkan, di usia 16-17 kamu hidup tanpa teman, menghabiskan waktu sekolah di rumah, tidak ada teman sebaya, bayangkan saja sendiri. Sebenarnya sosialisasi ini seperti sebuah kebetulan aja. Dulu diundang ikut kegiatan remaja masjid dan akhirnya aku memutuskan gabung. Di awal I feel alone karena belum kenal sama sekali dengan siapapun, tapi lama-lama berbaur begitu saja. Mengalir bersama waktu yang menakdirkan 'ini sudah saatnya keluar dari zona nyaman'.

Lumayan seru sih anak-anaknya. Meski hingga saat ini, belum bisa akrab dengan semua remaja tapi aku bersyukur bisa bertemu mereka. Kadang, aku tidak paham jika mereka bercerita tentang masa kecil karena masa kecilku tidak tinggal di lingkungan ini. Jadi yaa seperti ada sekat kecil antara kita. Tapi tak apa, aku rasa ini pertemanan yang baik, dan masa kecil yang berbeda bukanlah masalah.

Selain bersosialisasi, aku juga sedikit-sedikit belajar masak. Aku memang tidak sering membantu ibu masak, tapi jika ini kemauanku, aku sangat antusias. Hasilnya? Gagal, gagal dan gagal. Terus saja gagal ahahaaa.. Sampai suatu hari, aku membuat stuff roti. Susu full cream jadi bahan utamanya, justru basi 500 mL lebih. Menyedihkan. Padahal sudah aku siapkan jauh-jauh hari. Tapi karena pernah dibuka 5 hari lalu, tetap saja basi meski disimpan dalam lemari es. Aku juga suka membuat cimol bojot, karena itu ENAK BANGET!

Kalau ditanya mendapat resep dari mana, jawabannya tiktok. Aplikasi itu memang kadang useless karena aku tidak suka konten joget-joget —tapi aku suka kalau ada konten kocak, tapj kadang tiktok itu useful saat aku mencari resep. Singkat dan jelas dalam 2 menit. Banyak belajar dari sana, banyak gagal, banyak juga yang gak sesuai lidah. Tidak enak menurutku, enak menurut adikku. Tak apalah, setidaknya mencoba. Imagining this is the best experience.

Selain itu apa lagi ya.. paling hanya persiapan-persiapan kuliah —meski belum menyiapkan apapun. Aku rasa aku banyak lost learning karena sejak kelas 10 aku kurang fokus belajar, kelas 11 daring dan bikin pelajaran makin gak paham, nanti kelas 12 yang entahlah, mungkin harus mengulang materi dari kelas 10 lagi. Ngambis? Tidak juga. Ngambis itu seperti toxic bagiku dan bersungguh-sungguh itu cukup. Mau kuliah dimana? Mungkin UNPAD/ITB/apapun yang jelas aku bisa raih mimpi aku. Akupun akhir-akhir ini tidak terlalu berambisi untuk kuliah. Kadang yang terpikirkan adalah mencari biaya untuk kuliah dulu atau buka usaha kecil-kecilan. Baru setelah itu aku berkuliah dengan uang sendiri, tanpa perlu meminta pada orang tua.

Hidupku memang tidak amat bahagia. Merasa bahagiapun, terasa semu. Biasa-biasa saja sih hidupku ini. Hitam putih, lebih banyak hal menyakitkan sesungguhnya dan seringkali gagal. Tapi, perjalanan masih jauh. No problem at all. Keep dreaming and enjoy your life.

"Hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat."

—Tere Liye, Ayahku (Bukan) Pembohong

Sincerely, Azrina.

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Ambisi yang Hilang

Punya Makna