Gak Bangga Sama Diri Sendiri
Hai guys! Aku mau jujur tentang satu hal yang biasanya aku gak mau untuk share hal ini. Karena kan yang biasa dipublish itu yang bahagianya, kan? Tapi tapi tapi sekarang engga hehe. Bodo amat sama judge orang tentang hidup kita adalah another level of happiness!
Okay, sebelumnya udah baca dong tulisanku yang diposting
sebelum ini tentang kuliah. Actually itu adalah sebuah usaha agar aku mau
menerima bahwa aku kuliah disitu dan bukan di jurusan dan universitas yang
benar-benar jadi impian. Well, ketika ngeliat ada beberapa yang dapet untuk
kuliah di jurusan dan univ yang mereka mau tuh adalah suatu hal yang bisa
dibilang, “Aku juga ingin mendapatkan apa yang aku impikan.”. Proud sama
mereka? Jelas dan pasti.. tapi bangga sama diri sendiri, nah itu
masalahnya.
Kadangkala ga ada bangga-bangganya sih sama pencapaian
sendiri. Kenapa ya? Padahal ini pilihan sendiri. Memang sih masih ada rasa
bahwa aku belum puas dengan apa yang aku capai (ini dengan parameter pribadi
ya). Mungkin belum aja ngerasa ada yang harus bener-bener dibanggakan. Tapi ya
ini konsekuensi dari apa yang pernah diputuskan sebelumnya. What you choose,
what you risk. Jadi disinilah waktunya aku untuk belajar.
Sekarang-sekarang, aku mulai belajar bahwa hidup memang ga
selalu sesuai apa yang kita mau. Kadang, Allah punya story line-Nya sendiri
yang disiapin buat kita. Cuma seperti aku tadi, aku masih ragu dan aku tahu itu
salah besar. Hidup emang misteri. Tapi selama ada yang diatas, ngapain
khawatir? Ini pasti yang terbaik. Yakin aja. Kitanya aja yang belum
menyadarinya. So, the first lesson is don’t worry atas apapun takdirnya.
Kedua aku mulai mengerti tentang kenapa kita harus meminimalisir
stalking hidup orang atau bahkan ngurangin durasi untuk online social media.
Kita bakal terus-terusan ngebandingin kehidupan kita dengan kehidupan orang
lain. And the worst thing adalah sadar ga sadar kita ga ada progres sama sekali
karena kita cuma diem dan gak ngelakuin apapun untuk mendapatkan apa yang kita
impikan. Kita cuma bisa jadi penonton dari karya dan achievement orang lain tapi
kita ga punya hal itu sama sekali. And ya, the second lesson is just focus on
yourself. Ada diri kamu yang butuh perhatian lebih daripada kamu merhatiin
terus hidup orang lain.
Terakhir, self reward itu bener-bener worth it buat diri kita.
Percaya deh, ketika kita berterima kasih untuk diri sendiri, itu artinya kita
menghargai segala proses yang pernah kita jalani. Senang sedihnya, tawa
tangisnya, jatuh-bangunnya, daaan semuanya. Kita harus punya goals yang sesuai dengan
apa yang kita impikan dan apa yang kita mampu. So, the last lesson is love
yourself. Berpikir bahwa this life is yours yang gak akan terulang lagi. Gak perlu
ngikut standar orang lain karena setiap orang punya cerita hebatnya
masing-masing. Gak perlu jadi orang lain karena setiap orang punya versi
terbaiknya masing-masing.
Yah begitulah gerutu hari ini. Tentang segala ketidakpuasan
dengan diri sendiri. Katanya sih wajar untuk merasakan hal ini tapi jangan deh
karena bener-bener ga enaknya kebangetan. OH IYAA, satu lagii. Kemarin baru aja
dapet insight tentang bersyukur. Mungkin kita terlalu sering melihat ke atas
padahal belum tentu ada yang bisa hingga di titik kita berdiri sekarang. Ada quotes
yang bilang, “Bersyukur lalu bahagia, bukan bahagia lalu bersyukur.”. Kan kata
Allah juga, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat." (QS. Ibrahim 14: Ayat 7). Yah gitu deh. Ada juga yang
bilang, bersyukur itu harus. Apalagi tentang kuliah, tiap tahun ada 3,7 juta
lulusan SMA dan hanya 1,8 juta yang bisa lanjut hingga jenjang kuliah. Jadi,
dimanapun kuliahnya, bersyukur itu harus. Karena kuliah bukan soal fame gelar
atau fame universitas. Tapi tentang seberapa bisa kita memanfaatkan ilmu kita
untuk orang lain.
Okei mungkin untuk tulisan kali ini cukup sekian yaaa. Semoga
aku maupun kamu, gak lagi rendah diri. Tapi rendah hati mah harus. Makasih udah
mau baca panjang-panjang dan semoga bermanfaat.
Sincerely, Azrina.
Comments
Post a Comment