Pemilu 2024

Izin menulis apa yang aku rasakan sebagai gen-Z yang pertama kali merasakan pesta demokrasi 5 tahun sekali pada 14 Februari kemarin. Dan tentunya, sebagai orang awam yang minim pemahaman mengenai ilmu politik.

Dulu semasa SMA, aku cukup memiliki minat untuk mempelajari ilmu politik. Meski saat itu hanya sepintas, tapi aku memang tak berniat untuk benar-benar melanjutkan studi di ilmu politik. Sampai akhirnya aku merasa bahwa politik itu kotor, licik, culas, dan kesemua hal buruk lainnya yang ada di pikiranku. Larilah aku kepada 2 ranah, kalau tidak berkaitan dengan lingkungan, ya pendidikan.

Dan di tahun 2024 ini, pemilu berlangsung cukup panas. Sejauh ini, aku seolah kembali lagi ke masa dimana nalar dalam berpolitik harus hidup. Karena di dalam politik, semua begitu dinamis dan sulit ditebak. Dan kini aku benar merasakannya, terutama bagaimana dunia digital sangat berpengaruh dimana dipenuhi obrolan seputar capres-cawapres yang tak kunjung selesai, banyak yang saling caci maki, saling menjatuhkan, bahkan tak jarang semudah itu membagikan hal-hal berbau fitnah.

Tetapi disaat kita terpecah seperti ini, semua seolah lupa bahwa sejatinya kita ini masih satu. Semua memuji-muji paslon yang didukungnya, ribut semua mengklaim dirinya paling benar, padahal mungkin yang diatas belum tentu ribut-ribut begini. Dan aku benar-benar melihat bagaimana rakyat sebagai masyarakat kecil hanyalah sebagai alat jual-beli suara dan dianggap tak bernilai di mata para politisi itu.

Ada yang sangat menggaungkan perubahan, seolah-olah menyimpan banyak harapan orang-orang yang muak dengan keadaan.

Ada yang sangat menggaungkan kemajuan, sampai-sampai menghalalkan segala cara untuk melanjutkan keberlanjutan rezimnya.

Ada yang sangat menggaungkan percepatan, seolah-olah bangsa ini telah siap melesat dengan SDM seadanya.

Hingga di titik kita tidak tau lagi mesti percaya pada siapa. Dan kita sebagai rakyat kecil, hanya mampu bertengkar, ribut soal A B C yang paling benar, paling bersih, paling memihak pada rakyat. Lagi-lagi, apakah itu hanya bentuk pembodohan dan omong kosong belaka dari politisi? Apa untungnya sih buat kita ribut-ribut membela salah satu paslon?

Rasanya ingin cepat-cepat melalui masa-masa ini. Muak melihat akal sehat dengan mudahnya disetir hanya karena fanatisme terhadap salah satu paslon. Muak melihat antar-pendukung saling menjatuhkan satu sama lain. Muak ribut-ribut soal beda pilihan. Belum lagi muak dengan calon yang gila jabatan.

Pesan buat Gen-Z, besok-besok, siapapun presidennya, semoga memang betul bisa berkomitmen dengan janji-janjinya. Semoga tidak hanya menjual omong kosong belaka atau malah makin merugikan negeri ini. Siapapun pilihannya dan siapapun yang terpilih, siapkan ruang untuk mengkritisi, karena tidak akan ada paslon yang begitu sempurna. Siapapun yang terpilih, semoga bisa amanah dan tentunya membawa Indonesia yang lebih baik lagi. Salam akal sehat. 

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Ambisi yang Hilang

Punya Makna

Perjalanan Masih Jauh, No Problem at All