Who am I really?
Akhir-akhir ini aku
lagi seneng nulis di blog. Mungkin karena gak pake pensil kali ya, jadi ni
tangan ga ke-pegel-an. Cukup klik sana klik sini, beres. Ketik sana ketik sini,
beres. Ya, gitu deh hidup di zaman sekarang, serba instan bahkan dalam menulis sekalipun.
Tapi sama-sama mikir, sih.
Di usia aku sekarang
yang menginjak remaja, ada satu hal yang aku sendiri belum bisa mengerti, belum
terdefinisi dengan jelas di mata aku. Masih samar-samar. Kalian mau tau hal
apa? BUKAN. BUKAN CINTA –sembarangan aje, namun ini tentang jati diri. Jati
diri yang selalu dibicarakan oleh para intelek di kelas. Dan sungguh, jika
kalian pernah menemukan aku berargumen tentang jati diri, sebenarnya aku
sendiri belum tergambarkan sepenuhnya tentang hal itu.
Oke, aku bakal nilai
bagaimana pribadi aku menurut sudut pandaaaang… aku sendiri, sih. Mulai dari
kepribadian. Banyak orang bilang aku tuh aneh, aku tuh DDM alias diam-diam
menakutkan –eh. Aku memiliki banyaaak kepribadian. Melankolis, sanguinis,
plegmatis, aku bisa saja menjadi semua itu. Salah satu faktornya sih,
sepertinya lingkungan. Kek gini nih, aku di kelas tergolong orang-orang yang
pendiam, aku di asrama tergolong orang yang… masih bingung –tuh kan, aku di
rumah tergolong orang yang gak pernah diem –itu majas gaes. Adik-adik aku yang
sangaaat kucintai bahkan menyebutku ‘centil’ –sumpah ini berlebihan.
Dan jangan shock kalo kalian nyadar aku yang ori
berbeda dengan di dunia tulisan. Gak tau juga kalo menurut sudut pandang kalian.
HEHEHE.
Aku sendiri tipikal
orang yang suka nyoba hal baru dan sangat menyukai tantangan. Ketika
orang-orang lebih memilih menempuh cara-cara yang udah jelas teorinya, aku
lebih memilih cara- caya yang anti-mainstream.
Walaupun keseringan gagal, tapi gak tau kenapa selalu mendatangkan berbagai
motivasi buat kedepannya, juga evaluasi
pada masanya. Jadilah aku bersyukur pada akhirnya. Wkwk. Gak seru itu kalo gak
punya pengalaman baru, gaes.
Hobi aku juga
bervariasi. Aku suka berorganisasi, tapi bukan anak organisasi. Aku pengen jadi
aktivis, tapi aktif di kelas juga masih kesulitan sendiri kaya nurani yang lagi
bertolak belakang sama pikiran. HAHA. Yang terpenting itu, bisa bermanfaat aja,
setidaknya. Ya kalo kita jadi organisator atau aktivis yang sama sekali gak
manfaat, buat apa?
Jadi apa yang kalian
simpulin tentang jati diri aku? Atau bahkan tentang jati diri kalian sendiri?
Jangan seperti aku yang gak konsisten kepribadiannya. Eh, bukan tidak sih, tapi
belum. Well, aku bakal tetep berusaha
mengkosistenkan jati diri aku upaya melengkapi identitas hidup aku yang
nantinya bakal diminta pertanggung jawabannya sama pemilik aku sendiri.
Intinya, bagaimanapun kepribadian kalian, apapun hobi
kalian, apapun impian kalian, kalian harus tetep jadi diri kalian dan jadilah
apa yang kalian mau. Jangan memaksakan diri supaya kalian harus berkepribadian
seperti ini itu, jangan memaksakan hobi kalian harus hal-hal yang hebat –tapi hobi
itu kegiatan yang bisa buat kita rileks saat melakukannya, gaes. Jangan
memaksakan diri untuk memiliki impian yang hebat jika sebatas untuk didengar
orang-orang. Cukup aja dulu find yourself
and be that. Temukan jati dirimu dan jadilah diri kamu sendiri. Beres.
Comments
Post a Comment